Dalam
artikel sebelumnya, mimin telah membahas tentang prinsip dalam fisika yaitu
prinsip kausalitas. Prinsip ini sering diartikan dengan hukum sebab-akibat.
Nah, pada kesempatan kali ini, mimin akan membahas langsung lima prinsip dalam
fisika, apa sajakah lima prinsip tersebut? Mari kita simak penjelasan berikut
ini.
1. Prinsip Korespodensi
Pembenaran
aturan seleksi yang juga dijumpai dalam fisika dapat diterima dengan bantuan
dan penggunaan prinsip korespodensi. Prinsip korespodensi ini digagas oleh Bohr
tahun 1923 yang terdiri dari dua bagian (Eisberg dan Resnick, 1985), sebagai
berikut.
a.
Prediksi-prediksi teori kuantum untuk setiap fisis haruslah berkorespodensi
dengan prediksi-prediksi fisika klasik jika ditinjau sistem fisis mikroskopis
dengan bilangan kuantum yang sangat besar (mikroskopik).
b.
Aturan seleksi berlaku untuk semua interval bilangan kuantum.
Prinsip
korespodensi ini menjadi patokan bagi kita untuk menerima atau menolak hasil
prediksi sebuah teori fisika yang baru. Prediksi mekanika kuantum untuk kawasan
fisika klasik (mikroskopik yang identik dengan bilangan kuantum yang sangat
besar) haruslah sama dengan prediksi fisika klasik. Dengan kata lain, prediksi
fisika klasik (mikroskopik) harus menjadi bagian dari prediksi mekanika kuantum
pada kondisi bilangan kuantum sebuah keadaan fisis sangat besar. Jadi, prinsip
korespodensi menjamin keberadaan dan kebenaran prediksi fisika klasik yang
sesuai dengan kondisinya yang mikroskopik.
2. Prinsip
Komplementaritas
Dalam
fisika klasik, energi dapat dipindahkan oleh partikel atau gelombang. Fisika
klasik juga membedakan partikel partikel dan gelombang secara jelas. Namun,
dalam perkembangannya diketahui bahwa partikel dapat berperilaku sebagai
gelombang pada kondisi tertentu atau sebaliknya. Pada kondisi tertentu,
partikel akan menunjukkan sifat-sifat gelombang dan pada kondisi yang
perperilaku sebagai partikel. Fenomena inilah yang mengakibatkan munculnya
istilah dualisme gelombang-partikel materi.
Untuk
menjelaskan fenomena itu, Bohr mengajukan prinsip komplementaritas. Prinsip
komplementaritas mengatakan bahwa materi dapat menampilkan sifat gelombang dan
pada kondisi yang lain menampilkan sifat partikel. Materi dianalogikan dengan
sebuah uang logam bersisi dua. Jika kita melemparkan uang logam yang dua sisi
(gambar dan angka) itu ke udara, maka setelah jatuh di bumi kita akan melihat
salah satu sisi saja (gambar atau angka) dan sisi yang lain tertutup. Pada
lemparan berikutnya boleh jadi sisi yang tadi itu juga yang muncul (terlihat)
dan salah satu sisinya yang lain tertutu. Tetapi, jika kita terus melakukan
lemparan uang itu sampai banyak sekali, maka kita akan memperoleh frekuensi
munculnya gambar hampir sama dengan frekuensi munculnya angka. Dengan kata
lain, peluang menemukan angka dan gambar adalah setengah. Demikian juga materi
memiliki sifat gelombang dan partikel dan sifat yang satu dengan yang lain
saling komplementer.
3. Prinsip Kausalitas
Prinsip kausalitas
sering juga diartikan sebagai hukum sebab-akibat. Fisikawan meyakini (mengimani,
religiositas) bahwa sebuah akibat muncul karena ada penyebabnya. Hal ini
mengimplikasikan bahwa sebuah akibat tidak mungkin mendahului sebab. Dengan
kata lain, sebab muncul terlebih dahulu baru kemudian timbul akibat. Dalam
mempelajari dan merumuskan hukum-hukum alam, fisikawan selalu menguji fenomena
alam, hukum-hukum, konsep-konsep, dan teori-teori yang ada atau telah
dirumuskannya apakah sesuai dengan prinsip kausalitas (hukum sebab-akibat).
Fisika klasik dan Teori Relativitas (khusus dan umum) mengadopsi prinsip
kausalitas tersebut secara konsisten. Karena prinsip kausalitas ini juga, orang
sering menyebutkan fisika sebagai ilmu eksata-empiris dan bersifat
deterministik.
Jika hukum, konsep,
atau teori fisika yang dirumuskan melanggar hukum sebab-akibat termasuk
keharusan bahwa sebab terlebih dahulu ada baru kemudian muncul akibat, maka
harus dijelaskan dan dicari penjelasan mengapa terjadi pelanggaran prinsip
kausalitas tersebut. Fisika (Mekanika) kuantum tidak mengadopsi prinsip
kausalitas secara konsistem dalam perumusannya. Mekanika kuantum mengadopsi
konsep peluang (kebolehjadian) sebagai konsekuensi salah satu postulat (asas) mekanika kuantum yang menyebutkan
bahwa setiap sistem fisis direpresentasikan oleh sebuah fungsi gelombang.
Dalam mekanika kuantum, sebagai konsekuensi berlakunnya
konsep peluang, ada kemungkinan (kebolehjadian) suatu akibat mendahului sebab.
Memang pada alam mikroskopik ada teramati beberapa gejala (fenomena) fisis yang
tidak tunduk pada hukum sebab-akibat. Demikian juga beberapa fenomena fisis
seperti gejala radioaktivitas, efek Compton, efek fotolistrik, dualisme
gelombang-partikel materi dan spectrum garis yang dipancarkan atom tidak dapat
dijelaskan oleh fisika (mekanika) klasik. Kehadiran konsep peluang dalam mekanika
kuantum mengakibatkan mekanika kuantum bersifat indeterministik. Sifat
indeterministik mekanika kuantum itu yang menjadi alasan utama Einstein tidak
menerima sepenuhnya konsep mekanika kuantum yang dirumuskan oleh Bohr dan
kawan-kawannya merupakan perdebatan paling seru antar ilmuan sepanjang
sejarah perjalanan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Perdebatan tersebut tidak hanya menyangkut fenomena dan hukum
fisika tetapi sampai menyentuh sisi terdalam filsafat dan religiusitas manusia,
dengan ungkapan Tuhan tidak bermain dadu
di alam semesta (Einstein) dan jawaban Bohr yang mengatakan Tuhan memang tidak bermain dadu, tetapi Ia
kadang-kadang melempar dadunya ke tempat yang tidak kita ketahui.
Dari perdebatan
tersebut kita dapat simpulkan bahwa Eisntein dan Bohr (keduannya fisikawan sekaligus filusuf)
mengakui eksistensi dan kehadiran serta campur tangan Tuhan (bukan hanya
sebagai Causa Primasaja) dalam alam semesta dan tentunnya juga dalam kehidupan
manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alam semsesta itu sendiri.
Pengakuan dan ungkapan yang elegan dan jujur dari seorang ilmuan terhadap
kaitan ilmu dan agama dalam kehidupan ini dinyatakan oleh Einstein dengan
kalimat agama tanpa ilmu buta dan ilmu
tanpa agama pincang.
4. Prinsip Kovariansi
Prinsip
kovariansi digagas oleh Einstein dalam usahanya memberikan landasan (asas,
postulat) untuk merumuskan teori relativitas khusus. Einstein meyakini bahwa
eter yang dianggap sebagai medium rambat cahaya itu tidak ada. Jadi cahaya yang
dipancarkan dari matahari sampai ke atmosfer bumi melewati ruang yang hampa.
Satu-satunya yang dapat dijadikan patokan dalam pengukuran kecepatan cahaya
oleh seorang pengamat adalah kerangka acuan yang relatif tetap terhadap
pengamat.
Prinsip
kovaris ini mengatakan bahwa hukum-hukum fisika harus kovarian (bentuknya
tetap) untuk semua kerangka acuan inersial yang digunakan untuk merumuskan
hukum-hukum fisika. Sebagai implikasi prinsip kovariansi itu adalah bahwa semua kerangka acuan ekuivalen.
Penerapan
prinsip kovariansi itu dalam mekanika dan postulat kecepatan cahaya yang
mengatakan bahwa kecepatan tetap untuk
semua kerangka acuan serta ruang dimesi empat (ruang Minkowski) menimbulkan
berbagai konsekuensi yang sama sekali berbeda dengan persepsi manusia
sebelumnya. Sebagai contoh, muncul konsep kesetaraan massa dan energi,
simultanitas, kontraksi panjang, dan sebagainya. Teori realtivitas khusus itu
tidak saja berlaku di lingkungan
fisika, astrofisika, kosmologi dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga memberikan
banyak masukan bagi filsafat. Sebagai contoh, jika kita bertanya pada seseorang
apakah dia sudah menjadi orang yang berhasil dalam hidupnya. Maka hampir dapat
dipastikan jawabannya yang diberikan (kalau dia sehat dan normal) adalah kata relatif. Demikian juga jika kita
bertanya kepada seseorang yang kita jumpai di Malioboro dan kita bertanya
apakah kota Yogyakarta cukup aman dan nyaman, hampir pasti jawaban setiap orang
dengan kata relatif.
5. Prinsip Ekuivalensi
Dalam
teori relativitas umum, Einstein tidak menjadikan kerangka acuan dan kecepatan
cahaya sebagai patokan dalam formulasi teori relativitas umum. Prinsip
kovariansi masih tetap dipertahankan dan ditambah prinsip ekuivalensi yang
berisi dua buah postulat yaitu:
a.
Semua sistem koordinat sama baiknya untuk merumuskan hukum-hukum fisika,
b.
Persamaan fisika harus berbentuk tensor dan dinyatakan dalam ruang dimensi
empat Riemann (Rosser, 1964; Carmeli, 1982).
Berbagai
implikasi logis dari teori prinsip-prinsip (postulat) relativitas umum muncul
seperi cahaya jika melewati medan gravitasi yang sangat kuat akan mengambil
lintasan melengkung (tidak lurus), massa gravitasional sama dengan massa
inersia, pertambahan perihelion planet setiap mengitasi matahari, dan
sebagainya.
Itu
tadi sedikit artikel tentang 5 Prinsip
Dalam Fisika: Korespondensi, Komplementaritas, Simetri, Kovariasi, Ekuivalensi.
Semoga dapat bermanfaat. Sekian dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.
Terimakasih atas kunjuangannya dan jangan lupa untuk di share.
Sumber : Damanik,
Asan. 2009. Pendidikan Sebagai
Pembentukan Watak Bangsa Sebuah Refleksi Konsteptual-Kritis dari Sudut Pandang
Fisika. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.
No comments
silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan