Gerhana Matahari Menurut Ilmu Falak - Fenomena
gerhana matahari merupakan fenomena yang langka. Fenomena gerhana matahari bisa
dibilang hanya terjadi beberapa tahun sekali. Maka dari itu jika gerhana
matahari terjadi anak-anak fisika khususnya pecinta astronomi yang biasanya
akan mengadakan kegiatan pengamatan gerhana matahari. Berbicara menganai
gerhana matahari ternya ada juga bidang ilmu yang mempelajari gerhana matahari
dari segi agama, yang dikenal dengan ilmu falak. Lalu bagaimanakah ilmu falak
mempelajari tentang gerhana matahari, dan istilah-istilah apa saja dalam ilmu
falak yang berkaiatan dengan gerhana matahari. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut silahkan simak penjelasan berikut ini.
A. PENGERTIAN GERHANA MATAHARI
Gerhana
matahari adalah terhalangnya sinar matahari yang menuju bumi, karena terhalang
oleh bulan yang berada dalam satu garis lurus antara bumi dan matahari. Hal ini
dalam ilmu falak biasa disebut “Ijtima”.
B. TERJADINYA GERHANA
MATAHARI
Secara
garis besar, untuk dapat mengetahui gerhana matahari terdapat dua ketentuan:
1.
Gerhana matahari hanya terjadi pada akhir hijrah, sebagaimana gerhana bulan
yang hanya terjadi pada pertengahan bulan hijriyah.
2.
Gerhana itu terjadi hanya di dalam Buruj I’tidalain, yaitu: yang jumlahnya ada
4 sebagai berikut:
a.
0 (Haml)
b.
6 (al-Mizan) keduanya dalam awal sampai 6 derajat
c.
5 (as-Sunbulah)
d.
11 (al-Huut), keduanya dalam akhirnya sampai 24 derajat
C. BERULANGNYA GERHANA
Gerhana
matahari tidak akan berulang kembali, kecuali sesudah lewatnya 6 Buruj. Yaitu
setelah lewatnya 6 bulan hijriyah, walaupun setiap bulan hijriyah terjadi
ijtima’. Karena tidak nyatanya penghalang, disebabkan menggelicirnya bulan dari
‘Uqdatul Ijtima’.
D. CARA MENGETAHUI
GERHANA MATAHARI MENURUT ILMU FALAK
Adapun
cara perhitungan gerhana matahari, sama dengan mengerjakan untuk mengetahui
permulaan bulan Hijriyah, tetapi hanya sampai al-Allamah Muaddalah. Juga sama dengan mengerjakan gerhana bulan,
tetapi hanya sampai al-Buhtu.
Selanjutnya
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Jam yang ada dalam al-Allamah Muaddah, jika sebesar 13.00 atau lebih kecil,
atau lebih banyak dari 23.00, maka gerhana terjadi pada malam hari. Artinya,
gerhana tersebut tidak dapat dilihat di daerah yang dikerjakan, dan tidak perlu
dilanjutkkan.
2. Buruj al-Hashah al-Muaddalah harus:
a.
0 (al-Haml) atau 6 (al-Mizan) dab derajatnya 6 atau lebih
kecil. Atau
b.
5 (as-Sunbulah) atau 11 (al-Huuf) dan derajatnya 24 atau lebih
besar, maka gerhana terjadi. Dan tidak akan terjadi gerhana selain ketentuan
tersebut.
Setelah
diketahui bahwa gerhana matahari akan terjadi, maka selesaikan
ketentuan-ketentuan berikutnya:
1. Al-Bu’du minaz Zawal,
adalah kelebihan antara al-Alamah Muaddah
dengan 18 jam. Jika kelebihan tersebut untuk al-Alamah, maka kelebihan itu bagian barat. Dan jika tidak, untuk
bagian timur.
2. Al-‘Asyir, untuk mengetahui al-‘Asyir,
perlu terlebih dahulu Sa’atul Bu’di
minaz Zawal. Kemudian Sa’atul Bu’di dijadikan
derajat dan menit dengan menggunakan rumus aX15 derajat. Yaitu:
01.00
jam = 15 derajat
00.04
jam = 01.00 derajat
00.01
jam = 00.15 derajat
Sebagai
contoh: 07.17 d x 15 d = 109.15 d
Atau:
07.17 j x 15 d = 3.19.15 b.
Kemudian
hasil perkalian ditambahkan Muna-wimus
Syams, jika bagian barat, dan mengurainya untuk bagian timur. Maka jumlah
atau sisanya itulah yang disebut al-Asyir
bit Taqrib (kurang lebih).
Jika
menghendaki secara pasti (tahqiq), maka jika berada di bagian barat hasil
perkalian dari Sa’atul Bu’di ditambah
Mutholi’ul Falakiyah, dan kurangilah
jika berada dibagian Timur. Jumlah atau sisanya disebut Mutholi’ul Waktu. Selanjutnya, luruskan dalam tabel Matholi’ul
Falakiyah yang berada dalam setiap buruj. Dimulai dari buruj Jady sampai
selesai, hal itulah yang disebut dengan ‘Asyir bit Tahqiq.
3. Urdil Iqlimir Ru’yah, dapat diketahui dengan buruj
al-Asyir dan derajatnya dari sebelah kanan atau kiri tabel. Juga dengan Ardil
balad dari atas tabel. Maka dapat ditemukan dengan cara disiku dalam ruang yang
saling bertemu. Perhatikan juga, bahwa Urdil Iqlimir Ru’yah itu sesuai dengan
arah Ardil balad apabila Mail (mil) Asyir berselisih arah atau sesuai dengan
keadaan lebih sedikit dari padanya. Dan Urdil Iqlimir Ru’yah itu berselilisih
dengan Ardilil Balad, jika Maili Ayirnya sesuai atau lebih banyak.
4. Al-Bu’du baina Juzil
Ijtima’ wal Asyir,
Alb’du tersebut merupakan kelebihan antara Juzil Ijtima’ (Muqawimus Syams) dan
Asyir. Kemudian ambil jaib-nya dalam tabel dengan memperhatikan derajat
al-Bu’du.
5. Ta’dil Wasthil Kusuf, untuk mengetahui Ta’dil Wasthil
Kusuf, perlu diketahui dahulu Daqaigi Mandlari Qamar. Yaitu dengan mengkalikan
Jaibul Bu’di dengan Ikhtilafut Thul, dengan perkalian Inhithat. Hasilnya
disebut Daqain mandlaril Qamar fit Thul. Kemudian dikalikan dengan Hisshatus
Sa’ah, dan hasil perkaliannya disebut Ta’dil Wasthil Kusuf.
6. Wasthil Kusufil
Mar’iy adalah
pertengahan gerhanan dalam ketentuan gerhana matahari. Adapun cara
mengetahuinya adalah jika di bagian barat al-Alamah Muaddalah ditambah Ta’dil
Wasthil Kusuf, sedangkan dibagia timur dengan mengurainya. Yang dimaksud dengan
bagian barat adalah terjadinya gerhana itu padawaktu setelah zawal. Sedang
bagian timur adalah terjadinya gerhana sebelum waktu zawal. Maka jumlah atau
sisanya itulah yang dimaksud dengan Wasthil Kusufil Mar’iy
7. Al-Bu’du minaz Zawal adalah kelebihan antara Wasthil
Kusufil Mar’iy dengan 18 jam. Kemudian kalikan 15 derajat, dan hasilnya jka di
bagian barat ditambahkan dengan Muqawimus Syams, dan jika di bagian timur
dengan mengurainya. Jumlah atau sisanya disebut al-Asyir fi Waktil Kusufil
Mar’iy. Selanjutnya, ambillah Urdli Iqlimir Ru’yah yang ada dalam tabelnya
dengan Asyir tersebut.
8. Ikhtilafut Thul wa
Ikhtilaful Urdli
diketahui dengan mengambil dari Urdli Iqlimir Ru’yah.
9. Ikhtilafatul Urdli ini adalah kebalikan dari Urdli
Iqlimir Ru’yah. Jika Urdli Iqlimir Ru’yah itu utara, maka ia ada di selatan,
begitu juga sebaliknya.
10. Hisshatul Urdli
Muaddalah II.
Ta’dilkan His-shatul Urdli Muaddalah dengan ketentuan sebagai berikut:
a.Jika
Bagian Barat, maka Hisshatul Urdli Muaddalah ditambah ikhtifut Thul (menitnya).
b.
jika bagian Timur, maka ambil kelebihannya saja. Maka jadilah Hisshatul Urdli
Muaddalah II.
11. Urdlil qamaril
Mar’iy. Untuk
mengetahuinya, ambilah urdil Qamar dari tabelnya dengan cara yang telah diuraikan
di muka (dengan buruj dari atas atau bawah, dan dengan derajat dari kanan atau
kiri, serta dengan menit dari atas atau bawah). Pengambilannya dengan Hisshatul
Urdli Muaddalah II. Kemudian Urdli Qamar ditambah menit Ikhilaful Urdli jika
sesuai dalam arah, dan ambil kelebihannya jika dalam keadaan berselisih. Maka
jumlah atau sisanya itulah Urdlil Qamarii Mar’iy.
12. Ashabi’ wa Sa’atihi. Ambillah Ashabi’ul Kusuf (ukuran
gerhana, Inch) dan Sa’atul Kusuf (waktu gerhana) yang keduanya didapat dari
tabel. Disalin dengan al-Buhtu dari atas tabel dan dengan Urdlil Qammari Mar’iy
dari kanannya. Maka akan dipertemukan dalam ruang yang bersamaan. Kemudian
Wasthul Kusufil Mar’iy dikurangi Sa’atul Kusuf. Sisanya adalah permulaan
gerhana matahari. Dan jika ditambahkan, maka hasil penjumlahannya adalah akhir
gerhana matahari.
Apabila
hendak mengetahui gerhana pada selain daerah Semarang, ketahuilah dahulu arah
letak daerah tersebut, di sebelah barat atau timur semarang. Selanjutnya
ketahuilah Fadlut Thul dan Fadlul Urdlinya untuk mengurangi atau menambah
Sa’atil Kusufil Mar’iy dan Hisshatul Urdli, kemudian selesaikan dengan
sempurna.
Perlu
diketahui bahwa Gerhana matahari yang terjadi pada hari sabtu di akhir bulan
Sya’ban tahun 1403 H yang bertepatan dengan tanggal 11 Juni 1983 M tersebut,
sangat menarik perhatian khalayak.
Hal
ini karena adanya pengumuman jauh hari sebelumnya yang dibuat oleh para sarjana
barat, bahwa di indoensia pada bulan juni akan terjadi gerhana matahari total.
Kemudian disusul dengan anjuran-anjuran dari pemerintah yang dirilis berbagai
media, antara lain:
-
Pada saat gerhana total diharapkan jangan sampai melihat langsung ke arah
matahari dengan mata telanjang. Jika melihatnya, diharapkan memakai kaca mata
khusus.
-
Setelah dekat dengan peristiwa tersebut, peringatan itu diperjelas dengan
bahaya melihat langsung terhadap kesehatan mata. Dan jika ingin menyaksikan,
cukup di layar televisi saja.
Sementara
itu, para ulama indonesia ahli Falak tetap diam, karena masalah gerhana
dianggap sebagai peristiwa alam biasa. Seperti layaknya gerhana yang lain,
matahari atau bulan, total atau sebagian, mereka baru mengumumkan akan adanya
peristiwa tersebut jika sudah mendekati waktu terjadnya gerhana.
Seperti
dietahui, agama islam menganjurkan dalam setiap gerhana agar melakukan sholat
gerhana lengkap dengan khutbahnya. Dalam khutbah, para khatib agar menyerukan
meminta ampun dengan banyak membaca istighfar, memperbanyak ibadah sosial, dan
berdoa agar selamat dari malapetaka.
Dengan
demikian, para ulama ahli falak merasa berkewajiban untuk memberitahu peristiwa
akan terjadinya gerhana kepada masyarakat luas, demi kepentingan umat.
E. MACAM-MACAM SIFAT
GERHANA MATAHARI
Gerhana
matahari mempunyai beberapa macam sifat, yang dimaksud disini yaitu bentuk
gerhana matahari yaitu Total, Bercincin, dan Sebagian. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a.
Gerhana Total, yaitu semua halaman matahari tertutup oleh bulan, sehingga sedikitpun
tidak ada cahaya matahari yang menerobos ke bumi.
b.
Gerhana Bercincin, yaitu halaman matahari yang tertutup oleh bulan adalah bagian yang
tengah. Jadi hanya bagian tengah saja yang tertutup gerhana, sedang bagian
pinggirnya masih tetap bercahaya sampai ke bumi. Sehingga pada saat itu
matahari tampak seperti cincin.
c.
Gerhana Sebagian, gerhana inilah yang paling sering terjadi. Gerhana ini tertutup hanya
sebagian saja, jadi cahaya matahari masih bisa mengenai bumi.
Adapun
warni hitam yang menutupi matahari adalah bulan
yang masuk dari arah barat. Jika bulan telah melewati matahari, maka
disebelah barat halaman matahari akan bersinar.
F. PERBEDAAN GERHANA
MATAHARI DI BEBERAPA DAERAH
Mengingat
bahwa bulan jauh lebih kecil daripada bumi, dan bumi lebih kecil daripada
matahari, maka bayangan bulan yang dapat sampai ke bumi tidak sama di setiap
daerah. Ada daerah yang gerhana total, gerhana sebagian besar. Hal ini
tergantung dengan letak daerah itu sendiri, serta jauh dekatnya dalam garis
bujur dan garis lintang.
Berbeda
dengan gerhana bulan. Dalam gerhana bulan, dapat dilihat di beberapa daerah di
mana bulan berada di atas ufuknya (horison). Jadi perbedaan gerhana bulan hanya
tergantung pada letak daerah tersebut dalam garis bujur saja.
Sumber:
Karim, Abdul. 2006. Mengenal Ilmu Falak. Semarang:
Penerbit Intra Pustaka Utama.
No comments
silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan