Teknik sterilisasi
pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara yaitu secara fisis dan secara kimia, adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Sterilisasi Secara Fisis
a. Metode Radiasi
Dalam mikro biologi,
radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar
ultraviolet, sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar matahari banyak
mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk
sterilisasi. Sinar ultraviolet dapat diperoleh dengan menggunakan katoda panas
(emisi termis) yaitu ke dalam katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air
raksa. Panjang gelombang yang dihasilkan dari proses ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2.600
Angstrom.
Lampu merkuri yang banyak dipasang di jalan-jalan juga banyak
mengandung sinar ultraviolet, namun sinar ultraviolet yang dihasilkan banyak
diserap oleh tabung gelas yang dilaluinnya. Dalam proses sterilisasi hendaknya
memperhatikan dosis ultraviolet.
Sinar ultraviolet yang diserap oleh organisme yang hidup, khususnya oleh nukleotida maka elektron-elektron dari molekul sel hidup akan mendapatkan tambahan energi. Tambahan energi ini terkadang cukup kuat untuk menggangu bahkan merusak ikatan intramolekuler, misalnya ikatan atom hydrogen dalam DNA. Perubahan intramolekuler ini menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut. Beberapa plasma sangat peka terhadap sinar ultraviolet sehungga mudah menjadi rusak.
Sinar gamma mempunyai
tenaga yang lebih besar daripada sinar ultraviolet dan merupakan radiasi
pengion. Interaksi antara sinar gamma dengan bakteri biologis sangat tinggi
sehingga mampu memukul elektron pada kulit atom sehingga menghasilkan pasangan
ion (pair production). Cairan sel
baik intraselluler maupun ektraselluler akan terionisasi sehingga menyebabkan
kerusakan dan kematian pada mikroorganisme tersebut.
Sterilisasi dengan
penyinaran sinar gamma berdaya tinggi dipergunakan untuk obyek-obyek yang
tertutup plastik (stick untuk swab, jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-obatan
tidak boleh menggunakan sinar gamma untuk sterilisasi, karena akan menyebabkan
terjadinnya perubahan struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut.
b. Metode Pemanasan dengan Uap Air dan Pengaruh
Tekanan (auto clave)
Benda yang akan di suci hamakan diletakkan di atas
lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan
dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan pada suhu100º C), pada tekanan 15
lb temperatur mencapai 121ºC. Organisme yang tidak berspora dapat dimatikan
dalam tempo 10 menit saja. Banyak jenis spora dapat mati hanya dengan pemanasan
100ºC selama 30 menit, tetapi ada
beberapa jenis spora dapat bertahan pada
temperatur ini selama beberapa jam. Spora-spora yang dapat bertahan 10 jam pada
temperatur 100ºC dapat dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang
mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat (Na2 CO3)
c. Metode Pemanasan Secara Kering
Pemanasan kering ini
kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai evektifitas
diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160ºC s/d 180ºC. Pada temperatur ini akan menyebabkan
kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan. Hal ini disebabkan terjadinnya autooksidasi
sehingga bakteri pathogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat
udara, dimana udara merupakan penghantar panas yang buruk sehingga sterilisasi
melalui pemanasan kering dapat memerlukan waktu cukup lama, rata-rata waktu
yang diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160ºC memerlukan waktu 1 jam,
sedangkan pada 180ºC memerlukan waktu 30 menit. Pada metode pemanasan kering
ini secara rutin dipergunakan untuk mensterilisasi alat-alat pipet, tabung
reaksi, sticl swab, jarum operasi, jarum suntik, syringe. Oleh karena
temperatur tinggi sangat mempengaruhi ketajaman jarum atau gunting, maka
hindarilah sterilisasi dengan metode panas kering terhadap jarum dan gunting.
d. Metode Pemanasan Secara
Intermittent/terputus-putus
John Tyndall
(1877) dari hasil penelitian menyatakan bahwa temperatur didih 100ºC selama 1 jam tidak dapat membunuh
semua mikroorganisme, tetapi bila air dididihkan berulang-ulang sampai lima
kali setiap air mendidih istirahat selama 1 menit akan sangat berhasil membunuh
kuman. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemanasan intermitten, lingkungan hidup pembentukan
spora dapat diputuskan.
e. Metode Incineratiom (pembakaran langsung)
Alat-alat platina,
khrome yang akan disteril dapat dilakukan melalui pembakaran secara langsung
pada nyala lampu bunsen hingga mencapai merah padam. Hanya saja proses
pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama-kelamaan menjadi ruska. Keuntungannya : mikroorganisme akan hancur
semuannya.
f. Metode Penyaringan (filtration)
Metode
penyaringan berbeda dengan metode
pemanasan. Sterilisasi dengan metode pemanasan dapat membunuh mikroorganisme,
tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada pada material tersebut, sedangkan
sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme tetap hidup hanya
dipisahkan dari material. Bahan filter/penyaringan adalah sejenis porselin yang
berpori yang dibuat khusus dari maisng-masing pabrik. Metode filtrasi ini hanya
dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum atau
sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti enzyme dan exotoxin dan untuk
memisahkan filtrable virus dari baktero dan organisme lain.
2. Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi secara
kimia tidak dibahas secara terperinci di sini, namun yang lazim digunakan
adalah alcohol 96%, Aceton tab formalin, sulfur dioxida, dan chlorine. Materi
yang akan disucihamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudaian direndam dalam
alcohol atau acetone atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
Itu
tadi sedikit artikel tentang Fisika Medis: Penerapan Fisika dalam
Teknik
Sterilisasi. Semoga dapat bermanfaat.
Sekian dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya. Terimakasih.
Sumber : Hani, Ahmad Ruslan. 2010.Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika.
No comments
silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan