Sejarah Perkembangan Elektromagnetisme
Studi tentang elektromagnetisme dimulai dari studi eksperimental efek-efek listrik statik dan magnet statik. Orang sudah sejak lama mengetahui bahwa dengan cara menggosok bahan-bahan tertentu pada rambut kering dapat menimbulkan gejala saling tolak-menolak antara benda yang digosok tersebut dengan rambut. Kompas yang terbuat dari magnet juga telah digunakan oleh orang Cina sejak tahun 100 SM. Studi sistematis kelistrikan dimulai sejak penemuan generator elektrostatik yang ditemukan oleh Otto von Guerike (1602-1686), sedangkan Pieter Van Muschenbroek (1692-1761) merupakan orang pertama membuat alat yang dapat menyimpan muatan listrik yang disebut “Leiden Jar”. Selanjutnya sel voltaik (baterai) ditemukan oleh Volta di Itali tahun 1799.
Pada eksperimen yang
sangat berbahaya tahun 1752, Benjamin
Franklin menggunakan suatu pisau untuk mengumpulkan muatan listrik yang
berasal dari petir dan menyimpannya di Leiden Jar. Franklin kemudian
menunjukkan bahwa muatan tersebut mempunyai sifat-sifat yang sama dengan muatan
yang dihasilkan oleh generator elektrostatik. Hal ini membuktikan bahwa cahaya
hanyalah merupakan salah satu manifestasi kelistrikan. Sumbangan besar Franklin
terhadap kelistrikan adalah gagasannya yang mengatakan bahwa muatan listrik ada
dua jenis yang disebutnya muatan negatif dan muatan positif. Muatan sejenis
tolak-menolak sedangkan muatan berlainan jenis tarik menarik. Dengan asumsi
sederhana tersebut dia dapat menjelaskan semua fakta eksperimen tentang
kelistrikan, sedangkan teori yang ada sebelumnya memerlukan 20 buah asumsi yang
berbeda termasuk bentuk partikel yang berbeda dalam medium yang berbeda. Ini
juga merupakan salah satu contoh penggunaan Ockham’s Razor dalam menentukan teori yang digunakan jika ada
banyak teori. Franklin juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelistrikan
dan kemagnetan karena besi dapat dimagnetisasi dengan menempatkannya di sekitar
kawat penghantar yang dialiri arus listrik.
Pada tahun 1750, John Mitchell di Cambridge, menemukan
bahwa kutub magnet sejenis tolak-menolak dengan gaya berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua kutub magnet. Pada permulaan tahun 1785, orang
Perancis bernama Charles Augustin
Coulomb menunjukkan bahwa baik gaya magnetik maupun gaya listrik mengikuti
hukum yang mengatakan bahwa gaya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang
sekarang dikenal sebagai hukum Coulomb pada kasus listrik statis.
Di Jerman berkembang
pemikiran filosofis bahwa materi tidak mati sebagaimana diyakini oleh kelompok
mekanis, tetapi hidup dengan suatu roh dunia universal yang menghubungkan semua
gaya. Salah seorang pengikut aliran listrik ini adalah Immanuel Kant (1724-1804) yang tolak-menolak dengan gaya
tarik-menarik yang membentuk materi. Jika hanya gaya tolak-menolak yang ada,
maka semua materi akan berpisah (tersebar), dan kalau hanya gaya tarik-menarik
yang ada maka semua materi akan menyatu menjadi sebuah titik. Ketidakseimbangan
antara gaya tarik-menarik dan gaya tolak-menolak merupakan pangkal tolak
analisis teoritis terhadap struktur zat padat dan cairan walaupun gaya bukanlah
manifestasi dari suatu gaya hidup.
Penelitian tentang
gejala kelistrikan dan kemagnetan sangat menarik perhatian Ilmuan Jerman,
karena keberadaan polaritas dalam fenomena kelistrikan dan kemagnetan sesuai
dengan filsafat yang mereka yakini. Gagasan ini juga menunjukkan bahwa setiap
efek yang muncul menimbulkan efek kebalikannya karena semua gaya saling
berhubungan. Gagasan bahwa setiap efek ada kebalikannya merupakan hal yang
sangat fundamental dalam konsep fisika modern. Sebagai contoh, jika kita
menghubungkan dua potong kawat penghantar yang terbuat dari dua jenis bahan
yang berbeda, kemudian memanaskan persambungan kawat tersebut, maka suatu
tegangan akan timbul di kedua ujung kawat penghantar yang bebas, yang merupakan
prinsip yang digunakan untuk membuat termokopel untuk mengukur suhu. Efek ini
dikemukakan oleh Thomas Seebeck seorang
ahli filsafat alam Jerman. Sebaliknya, suatu tegangan yang diberikan pada
ujung-ujung penghantar dengan polaritas yang samaakan menurunkan suhu, yang
merupakan prinsip yang mendasari pendingin termoelektrik yang sering digunakan
untuk mendinginkan rangkaian elektronik.
Keyakinan akan
keterhubungan antara semua gaya yang ada di alam menuntut Hans Chistian Oersted di Copenhagen tahun 1807 mengumumkan bahwa
dia telah melihat suatu hubungan antraa kelistrikan dan kemagnetan. Oersted
menemukan bahwa suatu magnet akan bergerak melingkar di sekitar kawat
penghantar yang dialiri arus listrik, dan suatu kawat penghantar yang dialiri
arus listrik akan bergerak disekitar magnet. Penemuan ini merupakan prinsip
yang digunakan untuk membuat suatu motor listrik. Kontribusi besar selanjutnya
dalam bidang kelistrikan dan kemagnetan datang dari teoretisi Andre
Marie Ampere (1775-1836) di Perancis, dan eksperimentalis Michael Faraday (1791-1867) di Inggris.
Ampere mengembangkan suatu teori untuk perhitungan gaya magnetik yang
diakibatkan oleh suatu aliran listrik, dan dia menyarankan bahwa efek magnetik
beberapa zat padat diakibatkan oleh suatu arus listrik, dan dia menyarankan
bahwa efek magnetik beberapa zat padat diakibatakan oleh arus sirkular kecil dalam
partikel yang membentuk bahan tersebut. Sedangkan Faraday sangat kurang dalam
matematika tetapi merupakan fisikawan eksperimentalis yang sangat luar biasa.
Eksperimennya yang sangat penting dalam elektromagnetisme adalah induksi arus
listrik yang dilakukan Faraday pada tahun 1831, yaitu suatu loop (kawat
penghantar tertutup) akan mempunyai arus listrik jika loop tersebut di gerakkan
didekat medan magnet atau magnet yang digerakkan mendekati dan menjauhi loop.
Penemuan ini menjadi prinsip dasar pembuatan generator listrik secara mekanis
sebagaimana kita lihat pada pusat pembangkit tenaga listrik yang digerakkan
oleh air atau panas (uap).
Walaupun secara
matematis Faraday tidak memberikan rumusan terhadap teori elektromagnetisme,
tetapi dia membuat model kualitatif bagaimana listrik dan magnet berinteraksi.
Faraday mengandalkan partikel listrik atau magnet menghasilkan suatu garis gaya
yang dipancarkan dari kutub (muatan) positif kearah muatan (kutub) negatif. Masing-masing
garis gaya yang dihasilkan tidak pernah saling berpotongan. Jumlah garis gaya
yang melewati suatau luasan permukaan merupakan ukuran kuat gaya yang
dihasilkan. Karena luas permukaan yang dibentuk oleh ruang berbentuk bola
sebanding dengan kuadrat jarak dari pusat bola, intensitas gaya semakin
berkurang jika jarak dari pusat muatan listrik atau magnet bertambah besar. Hal
ini merupakan konsekuensi logis hokum kebalikan kuadrad jarak. Faraday juga
yakin bahwa garis gaya akan tetap keluar atau masuk ke muatan listrik atau ke
kutub magnet walaupun hanya ada satu jenis muatan atau kutub. Gagasan tersebut
akhirnya membuat Fraday kemudian memperkenalkan konsep medan (field) sebagai sesuatu besaran fisis
yang dapat menghasilkan gaya magnetik, gaya listrik, atau gaya gravitasional.
Konsep medan ini merupakan salah satu konsep yang sangat penting di dalam semua
pengkajian teoretis fisika modern.
James Clerk Maxwell (1831-1879)
merupakan fisikawan pertama yang mencoba merumuskan gagasn-gagasan Faraday
seacra kuantitatif atau secara matematis. Maxwell mendefinisikan konsep garis
dengan menggunakan mekanika Newton dan menggambarkan garis gaya sebagai sebuah
tabung rotasi fluida (eter) yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh Faraday tentang garis gaya. Rotasi akan mengakibatkan tabung
mengembang ke samping dan kontraksi secara longitudinal. Dengan konsep itu,
Maxwell berhasil merumuskan dan memadukan hukum-hukum kelistrikan dan
kemagnetikan secara matematis dalam empat buah persamaan yang kemudian dikenal
sebagai persamaan Maxwell.
Salah satu hasil yang
sangat penting dari teori atau persamaan Maxwell adalah prediksinya terhadap
kecepatan gelombang elektromagnetik yang sama dengan kecepatan cahaya. Hal ini
menunjukkan bahwa cahaya adalah suatu fenomena elektromagnetik. Penemuan
elektromagnetisme diaplikasikan dengan cepat untuk menghasilkan berbagai
peralatan. Sebagai contoh, telegraf yang ditemukan oleh Charles Wheatstone pada tahun 1837 hanya berselang setahun dari
penemuan baterai, dan generator listrik praktis pertama dibuat oleh Werner
Siemens di Jerman pada tahun 1866, yakni 35 tahun setelah penemuan induksi arus
listrik oleh Faraday.
Sumber : Damanik, Asan. 2009. Pendidikan
Sebagai Pembentukan Watak Bangsa Sebuah Refleksi Konsteptual-Kritis dari Sudut
Pandang Fisika. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.
No comments
silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan