Dalam
arti luas, fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam. Fisika
mempelajari materi ruang dan waktu, atau juga bisa dikatakan gejala-gejala
alam. Fisika terus berkembang, dari fisika klasik ke fisika modern. Fisika
klasik tentu saja mempunyai pemahanan yang sempit, daripada fisika modern. Lalu,
bagaimana sebenarnya perjalanan perkembangan fisika klasik, mari kita bahas
bersama.
Perkembangan Fisika Klasik
Perkembangan
fisika klasik ditandai dengan munculnya nama-nama seperti Newton yang membahas
tiga hukum geraknya yang terkenal. Selain itu juga ada nama-nama seperti
Kepler, Joule, Carnot yang turut andil bagian dalam perkembangan fisika klasik.
Fisika klasik sendiri terdiri dari Mekanika, Termodinamika,
Optika, Elektromagnetika, dan mekanika atom. Sir Isaac Newton (1642-1727)
adalah orang yang sangat berjasa dalam pengembangan Mekanika. Tiga buah hokum
newton menjadi landasan semua mekanika sampai tahun 1900, karena model atau
hukum Newton tersebut bersifat lebih umum dibandingkan hokum-hukum dan
konsep-konsep fundamental yang digunakan Euclid dalam geometrinya.
Oleh sebab itu, hukum
Newton tentang Mekanika itu sangat ideal untuk semua teori-teori fisika
termasuk termodinamika, optik, dan elektromagnetika. Sebagian besar cabang-cabang Fisika selama beratus
tahun setelah kematian Newton hanya sibuk mengaplikasikan ketiga hukum Newton
untuk menjelaskan berbagai fenomena fisis.
Sejarah Singkat Perkembangan Mekanika
Salah satu persoalan
fundamental dan paling menarik perhatian manusia sejak dahulu kala adalah gerak
benda-benda langit seperti bintang, planet, dan bulan. Dengan demikian, salah
satu proses yang sangat menarik dalam sejarah ilmu pengetahuan adalah evolusi
pemahaman manusia terhadap gerak planet dan benda-benda angkasa lainnya (Alonso
and Finn, 1980). Orang Yunani mempercayai bahwa bumi merupakan pusat geometri alma
semesta sehingga benda-benda langit bergerak mengorbit bumi. Anggapan bahwa
bumi sebagai pusat alam semesta berlangsung hingga abad ke-16.
Pada abad ke-16,
Nicolaus Copernicus (1473-1543) berusaha menjelaskan gerak planet secara
sederhana. Copernicus mengusulkan bahwa matahari merupakan pusat benda-benda
planet yang sudah dikenal waktu itu yakni planet Merkurius, Venus, Mars,
Jupiter, dan Saturnus serta bulan yang mengorbit bumi. Kemudian Johannes Kepler
(1571-1630) menemukan hokum gerak planet yang kemudian dikenal sebagai Hukum
Kepler.
Sir Isac Newton
(1642-1727) menunjukkan bahwa seluruh alam semesta mengikuti hokum alam yang
sama sebagaimana dituliskannya dalam buku berjudul Philosophie Naturalis Principia Mathematica pada tahun 1687. Newton
menggunakan asumsi bahwa dua benda yang slaing tarik-menarik dengan gaya
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda dan sebanding dengan
massanya.
Newton juga
membuktikan bahwa hukum-hukum mekanika yang digunakan untuk menentukan benda
jatuh di bumi juga dapat menjelaskan gerakan periodis planet-planet. Newton
tidak hanya mempelajari mekanika, tetapi juga optika, dan juga menemukan
kalkulus bersama matematikawan Jerman bernama Gottfried Wilhelm Leibnitz (1646-1716). Newton juga menulis
buku-buku teologi.
3 Hukum Newton
Newton merumuskan
hukum-hukum mekanika yang berlaku tidak hanya dalam fisika tetapi juga untuk
ilmu-ilmu yang lain. Ada tiga buah hokum Newton tentang mekanika, yaitu;
1. Setiap
benda yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya.
2. Gaya
yang bekerja pada sebuah beda sama dengan perubahan momentum terhadap perubahan
waktu.
3. Ketika
dua buah partikel berinteraksi, gaya pada salah satu partikel itu sama dan
berlawanan arah dengan gaya pada partikel yang lain.
Seluruh persoalan dalam mekanika klasik dapat
dijelaskan dan dijabarkan dengan menggunakan hokum-hukum Newton tersebut.
Sejarah Singkat Perkembangan Fisika Termal
Penemuan mesin uap praktis oleh Thomas
Newcowen (1663 - 1729) memacu keinginan ilmuan untuk mempelajari panas atau
kalor, yang merupakan suatu kontribusi besar terhadap resolusi industry yang
dimulai di Inggris pada pertengahan abad ke-18. Insinyur Perancis bernama Sadi
Carnot (1796 – 1832) meletakkan dasar-dasar pemahaman terhadap cara kerja mesin
yang kemudian terkenal dengan sebutan siklus Carnot.
Joseph Black (1728 – 1799) seorang professor
medis di Universitas Glasgow memulai mengukur panas secara kuantitatif, yaitu
kapasitas panas relatif berbagai bahan terhadap air. Count Rumford (1753 –
1814) mengatakan bahwa panas dapat ditimbulkan oleh gesekan sehingga panas
bukan lah substansi material sebagaimana dianggap sebelumnnya. James Prescott
Joule (1818 – 1889) dengan memutar pedal kincir di dalam air dan kemudian
mengukur kenaikan suhu air menemukan ekuivalensi (kesetaraan) antara kerja dan
panas.
Joule juga menunjukkan bahwa panas yang
dihasilkan arus listrik I pada kawat penghantar R adalah I2R yang
sekarang dikenal sebagai hokum Joule. Hasil pekerjaan kuantitatif joule tentang
konversi energi menjadi landasan untuk perumusan
hokum Termodinamika Pertama, yang berbunyi : “Perubahan energi suatu sistem sama dengan
jumlah panas yang diberikan ke dalam sistem di tambah dengan kerja mekanis yang
dilakukan pada sistem tersebut”.
Hukum termodinamika pertama tersebut sudah
dikemukakan seaca eksplisit oleh fisikawan Jerman Rudolph Clausisus dan
fisikawan Inggris Wiliam Thomas Kevin pada tahun 1851. Clausius juga menunjukkan bahwa mesin
panas hanya dapat mengubah sebagian dari panas menjadi kerja. Berdasarkan fakta
tersebut kemudian dikembangkan konsep entropi. Entropi didefinisikan sebagai
jumlah panas yang diberikan dibagi dengan suhu. Clausius juga menunjukkan bahwa
entropi selalu naik pada setiap proses yang terjadi secara spontan di alam yang
kemudian dikenal sebagai hokum Termodinamika Kedua. Sebagaimana ketiga hukum
Newton dalam mekanika, hokum termodinamika menjadi landasan yang dijadikan
untuk memahami fisika termal.
Itu
tadi sedikit artikel tentang Perkembangan Fisika Klasik Dari Mekanika Sampai Ke Fisika Termal lengkap dengan para tokohnya. Semoga dapat bermanfaat. Sekian dan sampai
jumpa pada artikel selanjutnya. Terimakasih atas kunjuangannya dan jangan lupa
untuk di share.
Sumber
: Damanik, Asan. 2009. Pendidikan Sebagai
Pembentukan Watak Bangsa Sebuah Refleksi Konsteptual-Kritis dari Sudut Pandang
Fisika. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.
No comments
silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan